Rano Karno Fans Club

Na Willa ketiga sudah terbit! Judulnya, Na Willa dan Hari-hari Ramai. Warna sampulnya bagus sekali 🙂

Seperti kedua seri Na Willa sebelumnya, saya semangat banget untuk membaca. Apalagi yang ketiga ini, sudah mulai muncul rasa penasaran, apa yang akan terjadi pada Na Willa selanjutnya. Sudah mulai relate dengan Na Willa.

Benar saja. Di buku ini, saya banyak menemukan kemiripan peristiwa yang dialami Willa dengan pengalaman saya. Mungkin karena sama-sama di Jakarta, mungkin karena Willa dan saya sama-sama suka bawa buku kemana-mana, mungkin karena Pak dan ayah saya juga sama-sama suka ngobrol-ngobrol sama teman-temannya, mungkin karena sama-sama pernah belajar berhitung pakai buku Cerdas Tangkas.

Tapi, yang paling mirip adalah: saya dan Willa sama-sama penggemar Rano Karno.

Senyum saya lebar banget, bahkan beberapa kali tertawa saat baca bab “Rano” di halaman 92. Saya jadi keinget lagi tingkah polah saya saat kecil dulu -kira-kira saat SD- sebagai penggemar Rano Karno. Lucu aja saat tahu bahwa ada orang lain juga yang ngefans sama Rano Karno, bahkan sampai dibuatkan satu bab khusus!

“… Aku tanyakan kepada Tony, bagaimana caranya aku bisa bertemu Rano. Dia bilang, barangkali aku harus datang ke rumahnya. Di mana?” (Na Willa dan Hari-hari Ramai, hlm. 93).

Well, Willa. Saya tahu rumahnya Rano Karno, lo! Malah, beberapa kali saya lewati.

Saat SD dulu, saya ikut antar jemput. Salah satu teman seperantarjemputan saya, tinggalnya di sebuah perumahan di wilayah Karang Tengah, Lebak Bulus. Saya lupa gimana caranya, pokoknya saya tahu Rano Karno dulu rumahnya juga di perumahan itu. Bahkan tahu rumahnya yang mana. Yang indahnya lagi, deketan sama rumah temen saya. Jadi, ada lah beberapa momen memalukan, tiap ngelewatin rumahnya Rano Karno, saya buka kaca, memandang dengan berbinar-binar, sambil teriak “Om Ranooo..!” Astagfirullah!

“… Di sekolah, yang suka Rano Karno banyak sekali. Teman-teman membeli kartu pos bergambar Rano di gerobak tukang mainan di depan sekolah. Siapa saja yang punya gambar barunya, pasti memamerkannya pada yang lain.” (Na Willa dan Hari-hari Ramai, hlm. 93).

Nah, pengalaman Willa yang ini agak beda, nih, dengan pengalaman saya. Seingat saya, dulu nggak ada (atau jarang) ada anak yang ngefans sama Rano Karno, deh. Di sekolah saya, kayaknya hanya saya. Yaa, nggak umum kali, ya, anak kecil ngefans sama (bisa dibilang) om-om 🙂

Rano Karno dulu juga penyanyi. Beliau punya album rekaman yang tentunya, saya punya, dong, kasetnya! Belinya di Pasar Blok M. Lagu yang terkenal dan jadi favorit saya adalah Bukalah Kaca Matamu. Diputar terus sampai hafal lagunya. Ketika saya dengarkan lagi baru-baru ini, saya masih hafal! Ya liriknya, ya melodinya. Buat yang penasaran, ada di Spotify lagunya, bisa klik langsung.

“… Tapi aku lebih kaget lagi. Karena salah satu dari tiga anak laki-laki itu adalah RANO KARNO! Ya, Rano Karno yang fotonya ada di pintu lemariku!” (Na Willa dan Hari-hari Ramai, hlm. 95).

Wih, asik sekali bisa bertemu idola, Willa! Soal ketemu-ketemu ini, saya lupa, pernah ketemu Rano Karno apa enggak. Dulu, sih, pas saya panggil-panggil di depan rumahnya, beliau nggak keluar (fiuh…). Kayaknya, sempat, sih, sekelebatan lihat di mana, gitu. Tapi, ya udah gitu aja. Nggak sampai berinteraksi dekat seperti Na Willa.

Saya senang baca Na Willa dan Hari-hari Ramai ini. Banyak tokoh baru yang seru-seru. Ilustrasinya juga menggemaskan, seperti biasa. Terima kasih, Mbak Reda Gaudiamo, untuk ceritanya. Terima kasih, Cecillia Hidayat, untuk gambar-gambar manisnya.